Entrok

Marni, seorang perempuan Jawa yang buta huruf, menjalani kehidupannya dengan kesederhanaan yang dilekatkan pada tradisi dan legenda leluhurnya. Dalam perjalanan spiritualnya, dia menemukan bahwa sesajen yang dia persembahkan tidak henti-hentinya menghubungkannya dengan dewa-dewa yang selama ini dia puja. Ritual-ritual ini menjadi jembatan antara dunia nyata dan alam spiritual, membuka matanya terhadap kekuatan yang selama ini tersembunyi.

Ketika Marni mendalami kepercayaannya, ia mulai merasakan dorongan untuk memahami lebih dalam tentang asal usulnya dan peran perempuan dalam tradisi yang dijunjung tinggi oleh masyarakatnya. Perjalanan batin ini tidak hanya mengubah cara pandangnya, tetapi juga menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang mendalam tentang identitas dan posisi gender dalam kultur Jawa.

Melalui cerita yang penuh emosi dan refleksi, pembaca diajak untuk menjelajahi dilema dan keajaiban yang dihadapi Marni. Dia berdiri di persimpangan antara tradisi dan modernitas, serta keinginan untuk menemukan jati diri tanpa harus melepaskan akar budayanya. Marni menjadi perwakilan dari suara yang sering kali terabaikan dalam masyarakat, memperlihatkan kekuatan, kerentanan, dan pencarian makna yang universal.